Klarifikasi: Air Putih adalah Nol Kalori, Tidak Bikin Gemuk, Tidak Bikin Kurus
16:38:00
Masih
banyak masyarakat Indonesia yang mengira bahwa mengonsumsi air dingin atau
hangat dapat berpengaruh terhadap berat badan mereka. Kalaupun iya, maka itu
hanyalah berlaku sesaat. Ketika berkeringat atau mengeluarkan urin, maka
nantinya massa tubuh akan kembali berkurang. Artinya, pengaruh air terhadap
berat badan tidak bersifat menetap.
Kenapa?
Karena air adalah nol kalori. Sebanyak apapun air yang dikonsumsi tidak akan dikonversi menjadi simpanan
lemak ataupun massa otot. Ada yang bilang kalau minum air dingin dapat membantu
dalam penurunan berat badan, apa itu benar? Jawabannya adalah tidak. Air bersuhu
dingin hanya akan membuat perut mudah terasa penuh, sehingga nafsu makan dapat
menurun. Namun, lagi-lagi sifatnya hanya sementara.
Meminum
sesuatu yang bersuhu dingin adalah kenikmatan tersendiri. Memilih untuk minum
air mineral (air putih) dingin lebih baik dibandingkan minum air dingin
dicampur sirup, es krim, minuman soda, es teh manis, dan minuman manis
berkalori lainnya. Jika dibandingkan dengan minuman-minuman tersebut, maka air
putih dingin dapat membantu menjaga berat badan tapi tetap bukan sesuatu yang
vital. Percuma saja jika sudah memilih hanya minum air putih tapi makanan yang
dikonsumsi tetap berlemak tinggi dan jarang berolahraga.
Namun,
ternyata ada juga isu yang berkembang di masyarakat, dimana justru air dingin
malah dapat menaikkan berat badan. Alasannya adalah karena air dingin dapat
menyebabkan pembekuan pada minyak dan lemak yang kita konsumsi pada lambung,
sehingga menyebabkan pencernaan melambat. Sebaliknya, mengonsumsi air hangat
justru malah membantu tubuh untuk mencerna makanan lebih cepat. Apa isu yang satu ini benar?
Sebenarnya,
pernyataan tersebut masih menjadi pro
dan kontra, belum ada bukti ilmiah yang cukup kuat untuk menyatakan
kebenarannya. Daniel Reynen, seorang Master
Personal Trainer dengan pengalaman 10.000 jam terbang, adalah salah satu
orang yang keras membantah pernyataan tersebut. Menurutnya,
ketika suatu minuman dingin masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan segera
menghangatkannya. Suhu dingin itu sudah mulai menghangat ketika pertama kali
masuk ke mulut, lalu semakin mendapatkan panas di tenggorokan, terakhir ketika
memasuki lambung maka segala perbedaan suhu akan lenyap.
Jadi,
pernyataan bahwa air dingin akan mengeraskan minyak dan lemak dalam tubuh
menjadi terpatahkan oleh kerja fisiologis tubuh manusia dan bagaimana tubuh
menjaga agar tetap dalam kondisi hangat. Pernyataan Reynen juga sekaligus
menyatakan bahwa tidak mungkin air dingin menjadi pemicu terjadinya pengendapan
kotoran di dalam usus, yang berujung pada resiko kanker. Ia menambahkan bahwa
resiko kanker lebih disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik, diet tidak
sehat (contohnya, menurut penulis adalah terlalu banyak mengonsumsi makanan
tidak sehat, sehingga usus sering terpapar makanan tidak sehat), merokok,
banyak minum alkohol, polusi, dan faktor genetik.
Minum
air dingin juga tidak akan merusak organ apapun. Seorang ilmuwan asal
Amerika Serikat, Jim
Meehan, mengatakan bahwa air tidak akan mempengaruhi secara signifikan
kerja dari cairan pencernaan, terlebih lagi tidak akan mempengaruhi akitivitas
pencernaan. Hal yang mungkin dapat dibenarkan adalah bahwa minum air sebelum
makan dapat merangsang saluran gastrointestinal (pencernaan) dan gerak
peristaltik, dimana kontraksi involunter dan relaksasi otot-otot membantu
pergerakan makanan dalam saluran pencernaan. Beberapa penelitian menyebutkan
bahwa minum air dapat meningkatkan metabolisme hingga satu jam setelahnya.
Jim
Meehan menambahkan keterangan dari Dr. Michael F. Picco dari Mayo Clinic yang menjelaskan
bahwa air tidak akan mengganggu proses pencernaan. Bahkan, ia menambahkan bahwa
air minum selama atau sesudah makan dapat membantu pencernaan menyediakan
sumber transportasi zat gizi. Jika minum air selama makan tampak menyebabkan
gejala gangguan pencernaan seperti kelebihan gas dan sakit perut, maka minumlah
30 menit sebelum atau setelah makan.
Pernyataan
Jim Meehan di atas seolah semakin menegaskan bahwa suhu bukanlah suatu faktor
yang mempengaruhi lambat tidaknya pencernaan makanan, sehingga berpengaruh
terhadap naik dan turunnya berat badan. Semakin
cepat metabolisme pencernaan suatu makanan, maka kemungkinan untuk menghindari
penyimpanan lemak berlebih dalam tubuh semakin kecil. Air membantu kerja
pencernaan, tak peduli dalam suhu panas atau dingin.
Kesimpulan
yang dapat diambil dari artikel kali ini adalah bahwa air dalam suhu berapa
pun, baik dikonsumsi sebelum, selama, dan sesudah makan tidak akan berdampak
secara langsung, dan tidak pula signifikan mempengaruhi berat badan seseorang. Tidak
ada istilahnya air menjadi daging dalam tubuh. Hal yang paling mempengaruhi
berat badan adalah tetap apa dan berapa banyak kalori, serta zat gizi yang kita
konsumsi dan aktivitas fisik.
0 Leave comment