Seri Karbohidrat: Nasi, Mie Instan, dan Bubur yang Sangat Akrab di Indonesia
09:55:00
Nasi,
mie instan, dan bubur adalah jenis makanan sumber karbohidrat yang sangat
akrab, bahkan terlalu akrab dengan orang Indonesia. Tak jarang kita juga suka
mencampur beberapa karbohidrat dalam sekali makan. Hal ini agak mengkhawatirkan
karena dampaknya pada obesitas dan diabetes.
Jika nasi adalah candu, maka makan mie instan di tengah malam adalah kebahagiaan semu yang akan disusul dengan rasa penyesalan. Sarapan bubur? Ah itu hanya lelucon. Kenapa? Alasannya ada dalam pembahasan artikel ini, mari kita bahas bersama.
CANDU. Nasi adalah
makanan sumber karbohidrat yang sudah seperti menjadi candu bagi masyarakat
Indonesia. Penulis tidak tahu bagaimana mulanya masyarakat Indonesia menjadi
sangat akrab dengan nasi. Sampai-sampai banyak orang yang mengatakan,”kalau
belum makan nasi, belum makan!” Padahal, bisa jadi orang yang berkata seperti
ini baru saja makan semangkok mie bakso.
Dari
kecil kita sudah terlalu sering diberikan main
set bahwa makan besar itu adalah makan nasi. “Kalau gak makan nasi nanti
lemas”. Padahal, tidak juga. Dari sekian banyak jenis makanan sumber
karbohidrat, masa iya hanya nasi yang mampu memberikan tenaga? Kan tidak.
Mungkin, dari main set seperti inilah
mulanya masyarakat Indonesia menjadi tidak dapat lepas dari nasi.
Makan
mie goreng, bihun goreng, sambal goreng kentang, perkedel kentang jadi harus
pakai nasi, efeknya mie, bihun, dan kentang dianggap sebagai ‘lauk’. Tidak
apa-apa sebenarnya mencampur beberapa karbohidrat dalam satu piring, asal
komposisinya pas. Permasalahannya, kadang kita sudah ambil nasi 2-2,5 centong,
lalu ditambah lagi bihun goreng dan perkedel. Jumlah karbohidrat yang menumpuk
dalam tubuh, jika tidak digunakan sebagai energi untuk beraktivitas dapat
dikonversi tubuh menjadi lemak, bukannya otot.
Ide
awal penulis menulis artikel ini juga diawali keresahan penulis pada seorang
teman yang menulis sebuah status di akun sosial medianya, yang berbunyi:
“maghrib
td cuma makan steak dan ga makan nasi, malam ini dipaksain makan.” plus gambar
nasi, telor ceplok, roti berselai cokelat, dan pisang.
KEBAHAGIAAN SEMU. Pernah
mengalami situasi ketika kamu sudah makan malam, lalu tiba-tiba entah mengapa merasa ‘lapar’
lagi
dan terbayang-bayang mie instan? Tak jarang kita menuruti hawa nafsu kita
tersebut dan jadilah semangkuk mie instan! Amat sedap rasanya menyantap mie
instan tengah malam sambil begadang mengerjakan tugas kuliah, menyelesaikan pending-an kerjaan, atau hanya sekedar
sambil menonton drama Korea.
Ya,
mie instan adalah ‘cemilan’ favorit orang Indonesia di malam hari. Namun, jika
cemilan diartikan sebagai makanan kecil, maka apakah mie instan layak disebut
sebagai makanan kecil? Seporsi nasi putih (100 gram) dapat mengandung kalori
sebesar 175 kalori, selembar roti putih seberat 25 gram
mengandung 67 kalori.
Lalu, berapa kalori kah sebungkus mie instan? Jawabannya 370 kalori. Nah loh!
Kalau
sudah terlalu sering begini dan jarang olahraga, tinggal menunggu timbangan
badan akan naik tiap bulannya. Apa yang tersisa dari kebahagiaan (semu) kita
pada malam-malam itu? Penyesalan.
LELUCON. Bubur adalah
makanan yang sangat akrab kita santap untuk sarapan sebelum memulai aktivitas
dengan penuh gairah. Namun, tak jarang ada orang yang sarapan bubur jam 7 pagi,
lalu jam 9 pagi lapar dan lemas lagi. Waduh kok bisa? Seolah bubur yang masuk
ke dalam perut hanya menggelitik perut kita saja bak seorang komika yang
menyampaikan jokes di atas panggung.
Padahal,
seporsi bubur ayam ditambah lauk-lauk lainnya dapat memiliki kalori yang tidak
jauh berbeda dengan seporsi nasi uduk. Akan tetapi, kenapa makan bubur dapat
menyebabkan kita menjadi lapar lagi? Ini ada hubungannya dengan Indeks
Glikemik. Sederhananya,
Indeks Glikemik merupakan sebuah skala untuk mengetahui sejauh mana atau
seberapa signifikan suatu makanan dapat meningkatkan gula darah.
Semakin
cepat suatu jenis makanan meningkatkan gula darah, maka semakin tinggi
tingkatan indeks glikemiknya. Indeks glikemik bubur lebih tinggi dibandingkan
nasi, sehingga tubuh lebih cepat menyerapnya, sedangkan nasi diserap secara
lebih perlahan oleh tubuh. Hal tersebut membuat nasi dapat menyediakan tenaga
bagi kita dalam waktu yang relatif lebih lama dibandingkan bubur.
Pada
dasarnya, baik nasi, mie instan, ataupun bubur tak masalah dikonsumsi setiap
hari, tetapi jangan lupa bahwa Indonesi kaya akan penganan karbohidrat. Tidak
ada salahnya mengonsumsi singkong, kentang, bihun jagung, dan jenis karbohidrat
lainnya sebagai sumber karbohidrat utama. Tak ada salahnya melupakan nasi,
walau hanya sehari.
Perlu
diingat kembali bahwa mie instan juga bukan cemilan dan tidak perlu dicampur
nasi. Untuk bubur, metabolisme setiap orang dapat berbeda-beda terhadap indeks
glikemik suatu makanan. Kalau merasa nyaman sarapan bubur, silahkan sarapan
bubur. Satu hal yang terpenting, apapun yang kamu makan dan tidak kamu makan,
jangan lupa bahagia.
0 Leave comment