Chronic Kidney Disease (Penyakit Ginjal Kronis)
19:01:00
Assalamuallaikum
wr. wb. pernah mendengar orang yang sakit ginjal? Kesehatan ginjal sejatinya
berhubungan dengan banyak minum air putih tapi perlu diingat bahwa TIDAK SEMUA
penyakit ginjal 'obatnya' adalah banyak-banyak minum air putih! Hanya penyakit
batu ginjal saja yang disarankan demikian.
Kali ini, saya akan membahas
mengenai Penyakit Ginjal Kronis atau dalam bahasa Inggris disebut Chronic
Kidney Disease (CKD), yang merupakan salah satu penyakit ginjal yang
mengharuskan adanya pembatasan cairan dan diet rendah protein. Mari kita bahas!
Gagal
ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Corwin, 2009). Gagal ginjal
dapat akut atau kronik. Hilangnya fungsi ginjal normal pada kedua gagal ginjal
tersebut mengakibatkan ketidakmampuan tubuh mempertahankan hemeostatis cairan,
elektrolit, dan asam basa.
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal
bersifat kronik dan ireversibel yang mungkin tidak memerlukan penggantian
ginjal disertai terapi dialysis, tetapi pada gagal ginjal stadium akhir (GGSA),
kegagalan menggantikan fungsi ginjal mengakibatkan kematian (Brooker, 2008)
Penyakit
ginjal kronis (CKD) adalah penyakit yang semakin memburuk secara perlahan-lahan
(beberapa bulan atau tahun). Tidak akan terlihat gejala apapun selama beberapa
waktu. Hilangnya fungsi terjadi begitu lambat, hampir tidak ada gejala sampai
ginjal telah hampir berhenti bekerja. Tahap akhir dari penyakit ginjal kronis
disebut stadium akhir penyakit ginjal (ESRD). Pada tahap ini, ginjal tidak lagi
mampu menghapus cukup limbah dan kelebihan cairan dari tubuh. Pada titik ini,
dialisis akan dibutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal (Miller, 2013).
Diabetes dan tekanan darah tinggi adalah dua penyebab paling umum untuk
sebagian besar kasus.
Banyak penyakit dan kondisi lain dapat merusak ginjal,
diantaranya (Miller, 2013):
•
Gangguan autoimun (seperti lupus eritematosus sistemik dan skleroderma)
•
Cacat lahir dari ginjal (seperti penyakit ginjal polikistik)
•
Eksposur bahan kimia beracun
•
Cedera ginjal
•
Batu ginjal dan infeksi
•
Masalah dengan arteri ginjal
•
Penggunaan obat-obatan, seperti obat nyeri dan kanker
•
Aliran mundur urin ke ginjal (nefropati refluks)
•
Penyakit ginjal lainnya
Penyakit
ginjal kronis menyebabkan penumpukan produk cairan dan limbah dalam tubuh.
Kondisi ini mempengaruhi sistem tubuh yang paling dan fungsi, termasuk (Miller,
2013):
•
Tekanan darah tinggi
•
Jumlah sel darah rendah
•
Vitamin D dan kesehatan tulang
Jika
gagal ginjal tidak terjadi, gejala yang mungkin terjadi adalah (NHS UK, 2012):
•
Penurunan berat badan dan nafsu makan yang buruk
•
Pergelangan kaki bengkak, kaki atau tangan (karena retensi air)
•
Sesak napas
•
Terdapat darah atau protein dalam urin (protein dalam urin bukanlah sesuatu
yang dapat terlihat jelas, tetapi hanya dapat dideteksi dengan melakukan tes
urin)
•
Peningkatan kebutuhan untuk buang air kecil, terutama pada malam hari
•
Kulit gatal
•
Kram otot
•
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
•
Mual
•
Disfungsi ereksi pada pria (ketidakmampuan untuk mendapatkan atau
mempertahankan ereksi)
Sedangkan,
gejala umum dari penyakit ginjal, diantaranya (NHS UK, 2012):
•
Kelelahan
•
Pergelangan kaki bengkak, kaki atau tangan (karena retensi air)
•
Sesak napas
•
Kual
•
Darah dalam urin
Patofisiologi
CKD
Pada
awal perjalanannya, keseimbangan cairan, penanganan garam, dan penimbunan
zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit.
Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal
ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil
alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkat kecepatan
filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya serta mengalami hipertrofi. Seiring dengan
makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa menghadapi tugas
yang semkain berat, sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya
mati. Sebagaian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan
pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Seiring
dengan penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut
dan aliran darah ginjal mungkin berkurang (Corwin, 2009).
Meskipun
penyakit ginjal terus berlanjut, namun jumlah zat terlarut yang harus
diekskresi oleh ginjal untuk mempertahankan homeostasis tidaklah berubah,
kendati jumlah nefron yang bertugas melakukan fungsi tersebut sudah menurun
secara progresif. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon
terhadap ancaman ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada
mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja
ginjal. Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban zat terlarut dan
reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR untuk seluruh massa nefron
yang terdapat dalam ginjal turun di bawah nilai normal. Mekanisme adaptasi ini
cukup berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah (Price, 2006).
Namun akhirnya, kalau sekitar
75% massa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban zat terlarut
bagi setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan glomerulus-tubulus
(keseimbangan antara peningkatan filtrasi dan peningkatan reabsorpsi oleh
tubulus tidak dapat lagi dipertahankan. Fleksibilitas baik pada proses ekskresi
maupun proses konservasi zat terlarut dan air menjadi berkurang. Sedikit
perubahan pada makanan dapat mengubah keseimbangan yang rawan tersebut, karena
makin rendah GFR (yang berarti maikn sedikit nefron yang ada) semakin besar
perubahan kecepatan ekskresi per nefron. Hilangnya kemampuan memekatkan atau
mengencerkan urine menyebabkan berat jenis urine tetap pada nilai 1,010 atau
285 mOsm (yaitu sama dengan plasma) dan merupakan penyebab gejala poliuria dan
nokturia (Price, 2006).
Komplikasi
CKD
Kemungkinan
komplikasi yang dapat terjadi adalahs sebagai berikut (Miller, 2013):
•
Anemia
•
Perdarahan perut atau usus
•
Nyeri otot, tulang, dan sendi
•
Perubahan gula darah
•
Kerusakan saraf kaki dan tangan (neuropati perifer)
•
Demensia
•
Penumpukan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura)
•
Komplikasi dari jantung dan pembuluh darah (Gagal jantung kongestif, Penyakit
arteri koroner, Tekanan darah tinggi, Pericarditis, Stroke)
•
Tingkat fosfor yang tinggi
•
Tingginya kadar kalium
•
Hiperparatiroidisme
•
Peningkatan risiko infeksi
•
Kerusakan atau kegagalan hati
•
Malnutrisi
•
Keguguran dan kemandulan
•
Kejang
•
Pembengkakan (edema)
•
Melemahnya tulang dan peningkatan risiko patah tulang
Penatalaksanaan
untuk mengatasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Corwin (2009) adalah:
•
Pada penurunan cadangan ginjal dan insufisiensi ginjal, tujuan penatalaksanaan
adalah memperlambat kerusakan nefron lebih lanjut, terutama dengan restriksi
protein dan obat-obat antihipertensi.
•
Pada gagal ginjal, terapi ditujukan untuk mengoreksi ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.
•
Pada penyakit ginjal stadium-akhir, terapi berupa dialisis atau transplantasi
ginjal.
•
Pada semua stadium, pencegahan infeksi perlu dilakukan.
Untuk masalah diet atau perencanaan makan, diet yang harus dilakukan adalah
Diet Rendah Protein (0,6-0,75 g/kg BB/hari) dan protein yang dimakan HARUS
berasal dari bernilai biologik tinggi (protein dari sumber makanan hewani,
seperti ayam, ikan, telur, daging, dan produk-produknya).
Konsumsi protein
bernilai biologik rendah, yaitu dari sumber makanan nabati (tempe, tahu, oncom,
kacang-kacang2an, dll) harus dibatasi atau bahkan tidak boleh sama sekali jika
retensi cairan yang menyebabkan penumpukan cairan tubuh dan menimbulkan
pembengkakan (edema dan asites) sudah sangat parah. Protein bernilai biologik
rendah akan 'memaksa' ginjal bekerja keras, karena itulah kurang dianjurkan.•
Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan
melalui keringat, urin, dan pernapasan (+ 500 ml).
SUMBER
REFERENSI:
-Almatsier,
Sunita. 2006. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
-Brooker,
C. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
-Corwin,
Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3. terj. Egi Komara. Jakarta:
EGC.
-Lutfia,
Tika. 2012. “ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK PADA NY. K DI
RUANG DAHLIA RSUD UNGARAN”.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-tikalutfia-6702-2-babii.pdf.
-Miller,
Scott. 2013. “Chronic Kidney Disease”.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000471.htm (diakses 18 Oktober
2014).
-NHS
UK. 2012. “Chronic Kidney Disease”.
http://www.nhs.uk/conditions/Kidney-disease-chronic (diakses 18 Oktober
2014).
-Price.
A. Sylvia & Wilson. M. Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
0 Leave comment