Mengenal Stroke Non Hemoragik

06:17:00

Assalamuallaikum wr. wb. Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas salah satu kasus yang saya dapatkan ketika masih magang di Rumah Sakit, yaitu Stroke Non Hemoragik. Apa itu Stroke Non Hemoragik? Mari kita bahas!

Corwin (2009) menyebutkan penyumbatan arteri yang menyebabkan stroke iskemik dapat terjadi akibat trombus (bekuan darah di arteri serebri) atau embolus (bekuan darah yang berjalan ke otak dari tempat lain di tubuh). Stroke iskemik terjadi sebagai akibat dari obstruksi dalam pembuluh darah yang memasok darah ke otak. Kondisi yang mendasari untuk jenis obstruksi adalah pengembangan deposit lemak yang melapisi dinding pembuluh. Kondisi ini disebut aterosklerosis (American Stroke Association, 2014).


Faktor Risiko Stroke Non Hemoragik
Faktor yang tidak dapat diubah, antara lain:
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Ras
4) Faktor keturunan

Faktor yang dapat diubah, antara lain:
1) Kadar Kolesterol
2) Pemakaian alkohol
3) Diabetes
4) Hipertensi
5) Merokok
6) Obesitas

Klasifikasi Stroke Non Hemoragik
Berdasarkan tempat terbentuknya plak, stroke Non hemoragik diklasifikasikan lagi menjadi:
• Stroke trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya thrombus, yaitu bekuan darah yang terbentuk pada arteri yang menghantarkan aliran darah ke otak. Bekuan darah biasanya terbentuk pada area yang rusak akibat aterosklerosis (penyakit karena arteri yang tersumbat oleh tumpukkan lemak (plak). Proses ini dapat terjadi pada arteri karotis di leher atau arteri lainnya di otak dan leher.

• Stroke embolik
Stroke embolik terjadi karena adanya embolus, yaitu bekuan darah yang terbentuk di bagian tubuh lain kemudian terbawa aliran darah menuju ke otak. Sumber umum embolus yang menyebabkan stroke adalah jantung setelah infark miokardium atau fibrilasi atrium, dan embolus yang merusak arteri karotis komunis atau aorta.

Gejala Klinis Stroke Non Hemoragik
Terdapat lima gejala peringatan stroke secara umum:
• Mati rasa atau kelumpuhan yang mendadak di muka, lengan atau kaki, terutama pada satu sisi saja dari badan.
• Bingung mendadak, sulit berbicara atau sulit mengerti perkataan orang lain.
• Gangguan penglihatan mendadak pada salah satu mata atau kedua-duanya.
• Sakit kepala tiba-tiba atau sakit kepala yang tidak biasa dan sering diikuti dengan rasa mual dan muntah.
• Pening berat mendadak tanpa tahu penyebabnya, kehilangan keseimbangan atau koordinasi, atau gangguan ketika berjalan.

Patofisiologi Stroke Non Hemoragik


(Batticaca, 2008)

Saya akan menjelaskan secara sederhana mengenai skema patofisiologi atau perjalanan dari penyakit stroke non hemoragik di atas. Penyakit diawali oleh adanya hipertensi atau tekanan darah tinggi, yang jika terjadi pada waktu lama, dapat menyebabkan dinding pembuluh darah arteri pada otak menjadi robek/terkoyak (Rupturnya arteri serebral). Ini akan menyebabkan iritasi pada pembuluh darah otak, sehingga memicu terbentuknya trombus dan emboli, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Jika salah satu dari trombus dan emboli terbentuk, maka akan menyebabkan aliran darah ke otak menjadi terhambat, sehingga suplai oksigen ke otak pun juga akan berkurang. Jika terjadi iskemik (kondisi kekurangan oksigen) dalam waktu lama dan sudah sangat parah, maka sel-sel akan mati secara permanen, pada akhirnya akan menyebabkan Infark Otak atau stroke itu sendiri.

Komplikasi Stroke Non Hemoragik
Berikut adalah dampak yang dialami penderita stroke sebelum menyebabkan kematian:
1) Kelumpuhan
Kelumpuhan atau yang disebut dengan ‘hemiplegia’ adalah cacat yang paling umum terjadi setelah seseorang mengalami stroke. Bila stroke menyrang otak kanan, kelumpuhan terjadi pada bagian kiri tubuh atau sebaliknya (saling silang), termasuk tenggorokan dan lidah.

2) Perubahan Mental
Beberapa kemampuan hilang dari seseorang yang mengalami stroke:
• Agnosia: Kehilangan kemampuan mengenali orang atau benda.
• Anosonia: Tidak mengenali bagian tubuhnya sendiri.
• Ataksia: Kehilangan kemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan dan ucapannya.
• Apraksia: Tidak mampu melakukan suatu gerakan atau menyusun kalimat.
• Distosi spasial: Tidak mampu mengukur jarak atau ruang yang ingin dijangkaunya.

3) Gangguan Komunikasi
• Dysarthia
Melemahnya pengendalian bahasa di otak yang berdampak pada komunikasi verbal maupun tulisan walau penderita memahaminya. Biasanya diakibatkan oleh kerusakan otak sebelah kiri.
• Afasia
Kehilangan kemampuan untuk menyampaikan pikiran melalui kata2 atau tulisan. Seringkali kata2 yang terpikir dapat terucapkan, tetapi susunan tata bahasanya membingungkan. Sehingga orang yang kehilangan kemampuan berkomunikasi akan terlihat lebih murung karena tidak dapat saling berbagi duka dengan orang lain.

4) Gangguan emosional
Pada umumnya pasien stroke tidak mampu mengerjakan sesuatu secara mandiri, maka sebagian besar penderita akan mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosinya. Sering merasa sedih, gelisah, takut, marah atas kekurangannya. Penderita dapat mengalami depresi, dengan tidak mau bergaul, sulit tidur, cepat lelah, lesu dan mudah tersinggung, bahkan dapat berakibat kematian akibat bunuh diri.

5) Kehilangan indra rasa
Penderita stroke dapat kehilangan kemampuan sensoris yaitu sentuh. Cacat sensoris dapat mengganggu kemampuan dalam mengenali benda yang dipegangnya.

SUMBER REFERENSI:


American Stroke Association. 2014. "Ischemic Strokes (Clots)". http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/TypesofStroke/IschemicClots/Ischemic-Strokes-Clots_UCM_310939_Article.jsp (diakses 14 Oktober 2014)
Batticaca, F. B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan. Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Brunner, L.S. dan Suddarth, D.S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol2. Jakarta: EGC. 


Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3.terj. Egi Komara. Jakarta: EGC. 
Guyton, A.C. & Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders.
Smeltzer, S. C, Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

You Might Also Like

0 Leave comment