Kontaminasi Makanan: Penyebab Utama Food Borne Disease

19:23:00

Pernah mengalami diare, muntaber, tipus, demam? Yap, penyakit-penyakit tersebut adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh atau dari makanan. Biasanya berasal atau disebabkan oleh kontaminasi biologis, kimia, dan fisik.

Kemudian pernahkah anda mendengar kata-kata, "Hati-hati dengan kontaminasi silang! Perhatikan jangan sampai terjadi kontaminasi siang! Penulis tidak mau mencicipi makanan yang terkena kontaminasi silang!" Yap, itulah kata-kata yang sering digaungkan oleh Chef Juna dan kawan-kawan dalam suatu ajang pencarian bakat memasak.

Pada postingan kali ini penulis akan membahas mengenai kontaminasi penyebab Food-Borne Disease, penyebab-penyebabnya, dan pencegahannya. Lalu, memangnya apa sih kontaminasi silang itu? Hal itu juga akan dibahas disini. Mari kita bahas!


Food-Borne Disease mencakup spektrum yang luas dari penyakit dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berkembang di seluruh dunia. Ini adalah hasil dari konsumsi bahan makanan yang terkontaminasi dengan mikroorganisme atau bahan kimia. Kontaminasi makanan dapat terjadi pada setiap tahap dalam proses dari produksi pangan untuk konsumsi ("farm to fork") dan dapat hasil dari pencemaran lingkungan, termasuk pencemaran air, tanah atau udara (WHO).

Presentasi klinis yang paling umum dari penyakit bawaan makanan mengambil bentuk gejala gastrointestinal, namun penyakit tersebut juga dapat memiliki neurologis, ginekologi, imunologi dan gejala lain. Kegagalan multiorgan dan bahkan kanker dapat terjadi akibat konsumsi bahan makanan yang terkontaminasi, sehingga menyebabkan beban kecacatan serta kematian (WHO).

Kelompok orang tertentu lebih rentan terhadap Food-Borne Disease. Ini berarti bahwa mereka lebih mungkin untuk mendapatkan sakit dari makanan yang terkontaminasi dan, jika mereka sakit, efek yang jauh lebih serius. Kelompok-kelompok ini meliputi (sumber:  foodsafety.gov):
·        Wanita hamil 
·        Dewasa yang lebih tua
·        Orang dengan penyakit kronis

Bahaya keamanan pangan terdiri dari kontaminasi biologis, kimia, atau fisik yang dapat menyebabkan makanan menjadi tidak aman untuk konsumsi manusia. Food-borne Disease adalah setiap penyakit akibat kontaminasi makanan. Ketika mikroorganisme menyebabkan penyakit karena makanan itu disebut kontaminasi biologis (Morgan, 2006).

Berikut ini adalah daftar beberapa bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada makanan:

Staphylococcus aureus: Sumber utama adalah dari pengolah makanan yang sedang sakit. Staph adalah keracunan makanan yang paling umum. Gejalanya termasuk mual, demam, kram, dan diare. Untuk menghindari penyebaran Staph, perhatikan personal hygiene dan sanitasi praktek yang baik, tangani makanan dengan benar, dan jangan mengizinkan karyawan yang sakit untuk menangani makanan (Morgan, 2006). Yang menyebabkan penularan terjadi pada masa pengelolaan dan pengolahan adalah karena bakteri ini erat sekali hubungannya dengan manusia dan hewan, terutama pada kulit, hidung, dan tenggorokan (Buckle et al., 2009).

Escherichia coli: Hal ini paling sering ditemukan dalam daging merah matang dan susu yang tidak dipasteurisasi. Gejala meliputi sakit perut, muntah, dan diare. Untuk menghindari kontaminasi E. coli, makanan harus dimasak secara menyeluruh, terutama daging giling, dan praktik kebersihan pribadi dan sanitasi yang baik (Morgan, 2006). Organisme ini juga terdapat di dapur dan tempat-tempat persiapan bahan pangan melalui bahan baku dan selanjutnya masuk makanan melalui tangan, permukaan alat, tempat masakan, dll. Masa inkubasi 1-3 hari (Buckle et al., 2009).

Salmonella: paling sering ditemukan dalam pangan daging, telur, unggas, dan kotoran dari tangan kotor pekerja. Bakteri ini sangat umum, sebagian besar ayam membawa salmonella. Gejalanya termasuk mual, demam, kram, dan diare (Morgan, 2006). Gejala biasanya nampak 12-36 jam setelah bahan pangan tercemar. Gejala lainnya adalah diarrhea, sakit kepala, dan demam. Biasanya berakhir selama 1-7 hari. Penyakit yang berkaitan dengan gastroentritis biasanya disebabkan oleh species salmonella typhirium, S. agona, S. panama. Sedangkan untuk penyebab tiphus adalah salmonella typhi dan paratyphi yang biasanya hanya terdapat pada manusia dan tak dijumpai pada hewan (Buckle, et al., 2009) Untuk menghindari penyebaran salmonella, lakukan praktik kebersihan pribadi dan sanitasi yang baik, serta menyimpan dan memasak makanan (terutama ayam dan telur) dengan benar (Morgan, 2006).

Streptococcus: Sumbernya adalah pekerja makanan yang sakit atau pelanggan. Gejalanta termasuk sakit tenggorokan dan demam. Untuk menghindari penyebaran radang, gunakan pelindung Buffet dari bersin dan batuk, dan tidak membiarkan karyawan sakit untuk menangani makanan.

Listeria monocytogenes: Sumbernya adalah tanah, air, manusia, dan hewan. Gejala termasuk mual, muntah, diare, infeksi leher rahim, dan keguguran pada wanita hamil. Untuk menghindari penyebaran listeriosis, masaklah makanan pada suhu yang tepat, konsumsi susu yang telah dipasteurisasi, dan lakukan praktik kebersihan pribadi dan sanitasi yang baik, serta menyimpan dan memasak makanan (terutama ayam dan telur) dengan benar.

Campylobacter jejuni: Sumbernya adalah binatang ternak dan susu mentah. Sebagian besar unggas membawa bakteri ini. Gejalanya meliputi diare, kram perut, demam, dan muntah. Untuk menghindari penyebaran, Masaklah makanan dengan baik, hindari kontaminasi silang, dan konsumsi susu pasteurisasi.

Clostridium perfringens: Sumbernya adalah pekerja makanan, daging, dan tanah. Gejalanya termasuk mual, demam, kram, dan diare. Untuk menghindari, jagalah makanan agar tidak masuk ke zona bahaya makanan atau Food Danger Zone (FDZ) (Morgan, 2006). Clostridium perifingens berkembang biak cepat sekali pada suhu antara 37-55 derajat celsius dengan pembelahan sel terjadi setiap 10-15 menit. Gejala keracunan nampak setelah 8-24 jam memakan bahan pangan yang tercemar dan ditandai oleh sakit perut, diare, pusing, tetapi jarang terjadi muntah-muntah. Gejala dapat berlangsung 12-24 jam (Buckle et al., 2009).

Clostridium botulinum: bakteri anaerobik bakteri, Sumbernya makanan kaleng rumahan dan infeksi biasanya menyebabkan kematian. Untuk menghindari botulisme, selalu menggunakan makanan kaleng komersial. Jangan pernah membuka kaleng atau botol jika bengkak. Jangan pernah mencicipi atau bahkan mencium bau makanan yang dicurigai (Morgan, 2006). Pertumbuhan organisme ini dalam bahan pangan menghasilkan racun yang cukup kuat dan bersifat mematikan. Gejala-gejala keracunan akan nampak dalam jangka waktu 24-72 jam setelah makan racun tersebut dan sebagai tanda pertama adalah lesu, sakit kepala, dan pusing. Diare pada permulaan dan akhirnya konstipasi. Sistem syaraf pusat dapat terganggu yang berakibat pada penglihatan terganggu, kesulitan bicara karena kelumpuhan tenggorokan. Kematian dapat terjadi karena kelumpuhan sistem pernafasan (Buckle et al., 2009).

Selain dari bakteri di atas, kontaminasi biologis juga dapat berasal dari virus. Semua virus adalah patogen. Salah satu penyakit yang dapat terjadi karena Food-Borne Disease adalah Hepatitis. Virus hepatitis pernah mewabah di suatu SMA di Depok. Lalu juga dapat berasal dari parasit Parasit adalah organisme yang hidup pada atau dalam organisme lain yang disebut host. Mereka mengekstrak makanan dari host. Beberapa parasit manusia tidak berbahaya, seperti tungau demodicid mikroskopis yang hidup di folikel rambut dan bulu mata.

Namun, parasit lain dapat menyebabkan penyakit yang parah, seperti bakteri, jamur yang ditemukan di mana-mana, udara, air, dan tanah. Seperti halnya bakteri, ada jamur yang menguntungkan dan merugikan. Jamur yang menguntungkan termasuk ragi, yang digunakan untuk memproduksi roti dan minuman beralkohol, cetakan yang digunakan dalam pembuatan keju, dan jamur (mushrooms) (Morgan, 2006).

Sebagian besar mikroorganisme (selain virus) butuh enam hal untuk dapat hidup, yaitu makanan, keasaman, temperatur, waktu, oksigen, dan kelembaban (Morgan, 2006):
·     Makanan: Biasanya makanan mikroorganisme terdiri dari sumber zat gizi protein dan karbohidrat.
·    Keasaman: Mikroorganisme membutuhkan kurang lebih dari pH netral, tidak terlalu asam, tidak terlalu basah.
·        Suhu: Mikroorganisme dapat hidup pada suhu antara 41° F dan 140° F (5° C dan 60° C). Ini disebut zona bahaya makanan/Food Danger Zone (FDZ).
·  Waktu: Semakin banyak waktu yang bakteri miliki, maka semakin banyak mereka tumbuh. Jika makanan berbahaya tetap di FDZ untuk total waktu lebih dari 4 jam, dapat menyebabkan penyakit. Setengah jam saja, bakteri sudah dapat membuat perubahan pada makanan.
· Oksigen: Sebagian besar mikroorganisme aerobik membutuhkan oksigen. Beberapa, seperti botulisme adalah anaerob yaitu, tidak memerlukan oksigen.
·  Moisture: Seperti kebanyakan kehidupan di bumi, mikroorganisme membutuhkan air.

Gunakan langkah-langkah ini untuk melindungi makanan Anda (Morgan, 2006):
·  Meningkatkan keasaman makanan Anda dengan asam seperti jus lemon atau cuka.
·        Batasi waktu menghabiskan makanan pada FDZ.
·  Jaga lingkungan dan makanan sekering mungkin, terutama selama penyimpanan.

Kontaminasi kimia terjadi ketika zat beracun dari bahan kimia atau logam beracun di dapur yang dapat masuk ke makanan (Morgan, 2006):
o   Kimia: termasuk produk pestisida, pelumas, pembersih, dan sanitizers. Untuk menghindari kontaminasi, gunakan produk-produk tersebut sesuai dengan petunjuk produsen dan menyimpannya jauh dari makanan. Khusus pestisida harus digunakan hanya oleh agen pengendalian hama profesional, bukan personil dapur.
o   Racun logam: ditemukan dalam peralatan yang digunakan di dapur. Logam beracun umum termasuk timbal, seng, antimon, dan tembaga. Untuk menghindari kontaminasi, gunakan peralatan yang terpercaya, biasanya telah memiliki standar food grade.

Kontaminasi fisik terjadi ketika benda asing masuk ke dalam makanan. Benda-benda tersebut dapat mencakup pecahan kaca, potongan serutan logam dari pembuka kaleng, perban, kuku, atau staples. Untuk meminimalkan bahaya dari benda-benda ini, pastikan karyawan Anda memeriksa dengan teliti semua makanan pada setiap langkah selama aliran rantai makanan pada proses produksi (Morgan, 2006).

Alergi bukan merupakan bagian dari Food-Borne Disease. Alergen adalah zat dalam makanan yang menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang ketika dimakan. Orang-orang yang memiliki reaksi ini dikatakan memiliki alergi makanan. Alergen makanan yang paling umum adalah (Morgan, 2006):
·        Produk susu
·        Telur
·        Ikan
·        Kerang
·        Kacang Pohon
·        Kacang
·        Gandum
·        Produk kedelai

PENCEGAHAN
Pencemaran primer: pencemaran mikroorganisme sebelum dipanen atau dipotong. Pencegahannya pada peternakan dapat dengan menyiapkan lahan yang cukup agar tidak timbul kesesakan pada peternakan. Tanaman tidak boleh dipupuk dengan kotoran manusia dan disiram dengan air yang tercemar.

Pencemaran sekunder: pencemaran mikroorganisme sesudah dipanen atau dipotong. Pencucian yang bersih dan teratur serta disinfeksi atau sanitasi dari semua alat pengolahan dan permukaan yang berhubungan dengan bahan pangan sangat penting guna menurunkan tingkat pencemaran sekunder. Kebiasaan pribadi para pekerja dan konsumen dalam mengelola bahan pangan dapat merupakan sumber utama dari pencemaran sekunder, terutama karena bakter Staphylococcus aureus (Buckle et al., 2009).

Para pekerja harus steril dalam mengelola makanan, diantaranya menggunakan sarung tangan, masker, celemek, penutup rambut, dan APD lainnya, menutup luka dan iritasi, dan sebaiknya ada aturan yang melarang pekerja yang sakit untuk bekerja. Masalah tempat produksi juga menjadi kunci, seperti (Buckle et al, 2009):
• Harus ada pemisahan letak penyimpanan bahan baku baru dengan produk yang selesai diolah.
• Kamar kecil harus dibangun jauh dari tempat pengelolaan bahan pangan dan harus dilengkapi dengan alat-alat pencuci tangan dengan sabun disinfektan.
• Lantai, dinding, meja harus dari bahan yang mudah dibersihkan, berventilasi, penerangan baik, atap dan dinding yang bersih.
• Tempat pembuangan sampah jauh dari pabrik.
• Menjaga kebersihan tempat pengelolaan dan kebersihan alat-alat.
• Suhu penyimpanan bahan makanan yang baik adalah di bawah 4 derajat Celsius atau di atas 60 derajat Celsius.
• Bahan pangan yang mudah rusak, seperti buah, sayur, dan bahan pangan segar harus dimasukkan ke dalam lemari es. Bahan pangan segar (daging, ayam, dll) harus ditaruh di-freezer. Sayur dan buah cukup di dalam kulkas.
• Makanan yang telah diolah sebaiknya langsung dimakan dalam waktu 1-2 jam setelah dimasak.
• Bahan-bahan yang telah dibekukan harus segera dimasak setelah dicairkan (thawing) dan jangan dibiarkan dalam keadaan cair untuk jangka waktu yang lama.
• Jangan beli makanan atau minuman kemasan yang kemasan sudah agak bonyok, bengkak atau sekedar terbuka.
• Konsep first in first out harus diterapkan dalam penyimpanan berdasarkan tanggal kadaluarsa dan keperluan dalam penggunaan proses pengolahan.
• Menerapkan prinsip HACCP

Penjelasan mengenai kontaminasi silang ini penulis kutip dari makalah hasil diskusi penulis dengan teman-teman penulis dari berbagai sumber yang terpercaya (maaf tidak dapat disebutkan satu-satu karena sudah tercampur).

Kontaminasi silang adalah kontaminasi pada bahan makanan mentah ataupun makanan masak melalui perantara. Kontaminasi silang dapat terjadi selama makanan ada dalam tahap persiapan, pengolahan, pemasakan, maupun penyajian. Kontaminasi silang terjadi jika zat zat pencemar berpindah dari satu makanan ke makanan lain melalui permukaan benda selain makanan. Daging dan kulit telur adalah contoh dari media kontaminasi silang. Daging hewan, baik yang berkaki empat maupun unggas merupakan jasad renik pathogen yang lazim.

Binatang dapat mengalami infeksi yang bersifat subklinis dan jasad renik pathogen yang terkandung pada jaringan dapat berpindah secara langsung kepada manusia, seandainya daging tersebut termakan atau secara tidak langsung menularkan infeksi ke hewan lain melalui tinja atau permukaan tubuhnya. Begitu pula dengan jasad renik yang terdapat pada kulit telur dapat dengan mudah berpindah ke makanan. Selain itu kontaminasi silang juga dapat terjadi melalui beberapa hal sebagai berikut:
·      Penggunaan peralatan masak seperti pisau dan talenan untuk berbagai jenis makanan secara bergantian tanpa dicuci terlebih dahulu
· Meletakkan makanan mentah berdampingan atau dekat dengan makanan yang telah dimasak
·        Serangga
·        Binatang peliharaan
·        Tubuh manusia
·        Tanah
·        Makanan hewan

Untuk menghindari kontaminasi silang, proses penyimpanan masing-masing bahan makanan juga harus diperhatikan.
·    Pisah-pisah bahan makanan berdasarkan kecepatan rusaknya. Bahan makanan yang seharusnya tahan lebih lama akan ikut rusak bila terpapar bahan yang telah rusak.
·   Jangan campur daging mentah dengan sayuran mentah dalam satu kemasan.
·        Daging-dagingan sebaiknya disimpan di lemari pembeku.
·        Jangan campur bahan mentah dengan bahan matang.
·   Mencuci alat makan menggunakan ember sangat tidak disarankan, apalagi jika air di dalam ember tersebut digunakan untuk membilas. Pembilasan harus dilakukan menggunakan air bersih yang mengallir dan bertekanan tinggi, karena air yang mengalir dengan tekanan tinggi akan membantu menjatuhan kotoran dan sabun sisa-sisa pencucian. Air yang tidak mengalir dalam ember akan mengendapkan kotoran dan kuman sisa pencucian. Jika digunakan berulang-ulang dapat menyebabkan kontaminasi silang ke alat makna yang dibilas dengan air tersebut selanjutnya.
·        Memisahkan makanan mentah dan matang
·        Penggunaan lap untuk tangan dan untuk alat makan dibedakan karena di tangan terdapat bakteri Staphylococcus sp

----------------------------------------------------------------------------------------
REFERENSI:
-Buckle, et al. 2009. Ilmu Pangan. Jakarta: UI-Press.

-Morgan, James L. 2006. Culinary Creation: An Introduction to Foodservice and World Cuisine. UK:Elsevier Inc

-http://www.who.int/topics/foodborne_diseases/en/

-http://www.foodsafety.gov/poisoning/


-Laporan Modul 2: Mikrobiologi Pangan. Skenario 1 dan 2. Tutor 1. Program Studi Gizi FKM UI, Depok, 2013.

You Might Also Like

0 Leave comment